Tayangan iklan seharusnya menyampaikan informasi atau pesan kepada
khalayak, namun iklan juga dapat mempengaruhi persepsi publik tentang makna
kecantikan dengan mengkomodifikasi kecantikan yang ditayangkan dalam
tayangan iklan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Karena
menggunakan metode semiotika, maka penelitian ini merupakan bagian dari suatu
bentuk analisis isi kualitatif secara deskriptif, yang menjadi tujuan utamanya ialah
untuk melihat isi komunikasi yang tersirat. Metode menggunakan analisis
semiotika model Charles Sanders Pierce untuk mengetahui secara detail
komodifikasi kecantikan dalam iklan Wardah versi #LangkahBaikmuBerarti,
dimana proses pembentukan makna semiotik bersifat intensional.
Pada iklan Wardah versi #LangkahBaikmuBerarti telah terjadi proses
komodifikasi konten media yang dapat dilihat dari bagaimana Wardah mengemas
tayangan iklan tersebut dengan menjual pesan kepada khalayak yang bertemakan
sosial dan islami dengan menyentuh emosional masyarakat. Wardah dengan
iklannya ini turut mengkonstruksi sebuah nilai ideologi dimana perempuan cantik
bukan cuma hanya yang memiliki tampilan fisik ideal seperti Dewi Sandra namun
juga harus memiliki nilai kecantikan jiwa seperti sopan santun, ramah dan baik
hati. Dalam setiap tayangan iklan, menurut Baudrillard selalu ada yang namanya
simulasi yang menghadirkan hiperrealitas, hiperrealitas merupakan suatu
potongan tanda yang dilebih-lebihkan agar iklan terlihat menarik dan berujung
pada budaya konsumtif. Konsumtif yang berlebihan biasanya dilakukan oleh
perempuan karena pengaruh dari simulasi, simulasi menciptakan suatu kesadaran
semu yang dinilai nyata dari kenyataan, seperti halnya dalam iklan Wardah ini,
Wardah menciptakan kesadaran bahwa perempuan harus memiliki kecantikan dari
luar dan dalam diri