Diperkirakan, setiap rumah tangga atau penduduk di Indonesia
menghasilkan sampah sebanyak 0.52 kg/jiwa/hari (Jenna R. Jambeck et al, 2015;
BPS, 2017). Pengomposan merupakan bentuk pemanfaatan kembali dan
pemulihan sumber daya dari limbah padat dengan mendekomposisi bahan organik
dengan bantuan organisme. Proses pengomposan memerlukan beberapa
persyaratan untuk menghasilkan kualitas kompos yang baik, yakni kandungan air,
pH dan ketersediaan nutrisi yang tercermin dalam nisbah C/N. Umumnya
organisme yang berperan dalam proses biokonversi ini adalah bakteri, jamur dan
larva serangga (Yuwono & Mentari, 2018). Salah satu jenis larva serangga yang
dapat digunakan yakni larva serangga Black Soldier Fly sebagai paradigma baru
dalam pengelolaan sampah organik yaitu dengan menciptakan siklus nutrien
disamping siklus hara (Fahmi, 2018). Oleh karena itu penting dilakukan upaya
daur ulang sampah organik yang melibatkan larva serangga Black Soldier Fly
(BSF) dengan cara mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, upaya
daur ulang dapat dilakukan dengan memanfaatkan larva serangga BSF sebagai
pengurai atau dekomposer sampah organik.
Hasil konversi sampah organik menjadi pupuk kompos padat dan cair oleh
larva lalat BSF adalah sebagai berikut: pupuk kompos padat memiliki nilai kadar air yang melebihi standar mutu, nilai C-organik dan C/N rasio yang dibawah
standar mutu, memiliki pH yang bersifat basa, dan unsur hara makro
(N+P2O5+K2O) berada di dalam standar mutu Permentan No.
261/KPTS/SR.30/M/4/2019. Sedangkan untuk pupuk kompos cair nilai C-organik
dan unsur hara makro (N+P2O5+K2O) berada di dalam standar mutu Permentan
No. 261/KPTS/SR.30/M/4/2019.