Penelitian ini dilatar belakangi oleh ekspresi gaya feminin pada media
sosial, khususnya melalui akun Instagram @Agungkarmalogy. Akun ini menjadi
platform bagi Agung Karmalogy untuk menampilkan identitas gender yang unik,
menarik perhatian audiens dengan berbagai tanggapan yang berbeda. Media sosial,
terutama Instagram, memungkinkan ekspresi diri yang lebih bebas dan beragam.
Dalam penelitian ini, teori resepsi Stuart Hall digunakan sebagai landasan
konseptual. Teori ini menekankan pada pemaknaan pesan oleh audiens, yang tidak
selalu sejalan dengan maksud pembuat pesan. Audiens dipandang sebagai penerima
aktif yang mampu menafsirkan dan bahkan menolak pesan berdasarkan konteks
mereka sendiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada
sembilan informan yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Para informan ini
memberikan perspektif yang beragam, memungkinkan pemahaman yang
komperhensif tentang resepsi khalayak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekspresi gaya feminin pada akun
intagram @Agungkarmalogy diterima dengan berbagai macam resepsi oleh
khalayak. Beberapa informan menunjukan penerimaan positif, melihatnya sebagai
bentuk kebebasan berekspresi dan tantangan terhadap stereotip gender.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa audiens tidak bersifat pasif
dalam menerima konten media sosial. Mereka aktif dalam menafsirkan dan
mengevaluasi pesan berdasarkan pengalaman dan nilai-nilai pribadi mereka. Studi
ini menegaskan pentingnya memahami audiens sebagai agen kultural yang
kompleks dalam konteks media digital.