Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas perlindungan
hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan seksual berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
terjadinya kekerasan seksual terhadap anak di wilayah hukum Polresta
Jambi selama periode 2020 hingga 2024. Permasalahan kekerasan
seksual terhadap anak semakin mengkhawatirkan karena sebagian
besar pelakunya juga merupakan anak di bawah umur, dan korban
umumnya adalah perempuan. Salah satu faktor utama penyebab
maraknya kekerasan seksual adalah kemudahan akses anak terhadap
konten pornografi melalui internet. Metode penelitian yang digunakan
adalah pendekatan normatif-empiris, di mana data diperoleh melalui
studi pustaka dan wawancara dengan pihak Unit Pelayanan Perempuan
dan Anak (PPA) Polresta Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meskipun UU No. 12 Tahun 2022 telah menyediakan kerangka hukum
yang progresif, implementasinya di lapangan masih belum optimal. Hal
ini disebabkan oleh berbagai kendala, seperti minimnya fasilitas
perlindungan korban, tekanan dari pihak keluarga pelaku untuk
berdamai, serta belum maksimalnya koordinasi antarinstansi. Dalam
beberapa kasus, aparat penegak hukum mengalami dilema ketika
pelaku kekerasan seksual juga merupakan anak di bawah umur,
sehingga proses hukum harus mempertimbangkan keadilan restoratif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlindungan hukum terhadap
anak korban kekerasan seksual di Polresta Jambi belum sepenuhnya
efektif, dan masih memerlukan penguatan dari sisi regulasi
pelaksanaan, edukasi masyarakat, serta pelatihan aparat penegak
hukum. Diperlukan strategi komprehensif yang melibatkan seluruh
elemen masyarakat dan pemerintah agar perlindungan anak dapat
terwujud secara menyeluruh.