Penelitian ini mengkaji produktivitas perairan di wilayah pesisir Indramayu pada
periode 2021–2024 dengan menggunakan konsentrasi klorofil-a (Chl-a) sebagai
indikator bio-optik. Estimasi Chl-a diperoleh dari citra Landsat-8 yang diolah
melalui platform Google Earth Engine (GEE) menggunakan algoritma rasio band,
sedangkan produktivitas primer dihitung dengan Carbon-based Productivity Model
(CbPM). Analisis spasial-temporal dilakukan berdasarkan musim oseanografi
(barat, timur, peralihan I, peralihan II) dan dikombinasikan dengan regresi linier
dan polinomial untuk menguji hubungan Chl-a, Net Primary Productivity (NPP),
dan zona trofik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi linier antara Chl-a dan NPP
memiliki hubungan yang sangat kuat (R² = 0,949–0,954; r > 0,97), di mana lebih
dari 94% variasi NPP dijelaskan oleh fluktuasi Chl-a. Setiap kenaikan 1 mg/m³ Chla meningkatkan NPP sekitar ±200 mg C/m²/hari, dengan respons tertinggi pada
tahun 2023. Selain itu, model polinomial orde kedua memperlihatkan bahwa
hubungan Chl-a dengan zona trofik tidak bersifat linear sederhana, melainkan
mengikuti pola non-linear yang kompleks dengan perbedaan antar kategori trofik.
Secara spasial, pusat produktivitas bergeser musiman dari wilayah pesisir (musim
barat, peralihan II) ke arah utara (peralihan I, musim timur). Secara temporal,
puncak produktivitas terjadi pada musim timur dan peralihan II, konsisten dengan
meningkatnya hasil tangkapan ikan pada tahun 2024.
Hasil ini menegaskan bahwa klorofil-a merupakan indikator efektif produktivitas
perairan, dan integrasi penginderaan jauh dengan analisis regresi dapat menjadi
dasar penting untuk pengelolaan perikanan yang adaptif dan berkelanjutan.