Perilaku Toxic Relationship komunikasi pada remaja yang terjadi
cenderung satu arah, adanya perilaku posesif yang berlebihan hubungan yang
seperti ini rentan sekali berdampak kepada penderitanya menjadi tidak produktif,
terjadinya gangguan secara mental, sampai bisa memicu terjadinya sebuah
ledakan emosional yang berujung di terjadinya tindak kekerasan, berbeda dengan
hubungan yang sehat dimana adanya afeksi, perhatian, timbal balik, rasa hormat,
dan minat yang kuat pada kebahagiaan pasangan.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Interaksi Sosial
Georg Simmel yang terbagi menjadi superordinasi dan subordinasi,
konflik,pertukaran dan hubungan seksual.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, pendekatan
kualitatif dan metode penelitian Fenomenologi, serta teknik pengumpulan data
berupa wawancara, observasi dan dokumentasi dan untuk menguji keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya suatu perbedaan yang
dialami masing-masing remaja dalam mengatasi dan menangani perilaku
komunikasi toxic relationship ini. Perilaku yang dialami remaja di dominasi oleh
perilaku verbal seperti posesif,memaki,mengancam,manipulatif dan berbohong,
yang dimana hampir semua remaja mengalami nya dibandingkan dengan perilaku
non verbal seperti kekerasan fisik/psikis dan kekerasan seksual. Hambatan
Komunikasi yang terjadi pada remaja cenderung tidak efektif karena perbedaan
persepsi, masalah semantik, perbedaan budaya, dan kurangnya umpan balik.
Perilaku Toxic relationship ini kebanyakan dari mereka memilih untuk
mengakhiri daripada mempertahankan hubungan Toxic tersebut yang
mengakibatkan terjadinya trauma,hilang kepercayaan sampai kehilangan minat
sosialnya.