Pelecehan seksual adalah hal yang sangat hangat diperbincangkan dan sering terjadi pada negeri kita Indonesia. Film Penyalin Cahaya mengangkat hal yang menimbulkan stigma negatif dan menyebabkan para penyintas pelecehan seksual takut untuk melaporkan kejahatan yang mereka derita dan fakta bahwa pelaku tidak memiliki efek jera, membuat pelaku pelecehan seksual bebas bertindak karena mereka merasa aman. Tujuan peneliti untuk merepresentasikan kasus pelecehan seksual yang diangkat pada Film Penyalin Cahaya dan memberikan keterbukaan untuk speak up atas apa yang terjadi pada pelecehan seksual yang dialami khususnya terhadap wanita.
Penelitian ini menggunakan Teori Kontruksi Realitas Sosial yang dimana teori ini bisa menjelaskan sebuah proses sosial yang dilakukan melalui tindakan dan huungandengan seseorang atau individu yang menjalankan secara terus- menerus sebuah realitas untuk dijalani bersama-sama secara memihak.
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, pendekatan kualitatif, metode semiotika dan bersifat deskriptif.Pengumpulan data dengan cara menonton film tersebut dan mengambil foto untuk adegan-adegan yang terdapat perlawanan perempuan terhadap perilaku pelecehan seksual.
Hasil penelitian dan pembahasan penelitian ditemukan bahwa kenyataan sosial atau realitas sosial yang ada pada Film Penyalin Cahaya juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakatbahwa sebagai korban harus berani untuk melakukan perlawanan demi membela diri sendiri dan mendapatkan keadilan.
Kesimpulan penelitian bahwa pesan yang disampaikan pada film ini kepada masyarakat untuk bisa lebih berhati-hati terhadap lingkungan sekitar dan jangan takut untuk meberikan perlawanan ketika mendapatkan perilaku pelecehan seksual, perlawanan dalam arti untuk melaporkan tindakan pelaku.