Film 27 Steps of May merupakan film yang terinspirasi dari tragedi pemerkosaan massal pada 1998. Bercerita tentang kehidupan korban pemerkosaan setelah 8 tahun pasca kejadian tersebut, film ini sarat dengan bagaimana budaya patriarki menggambarkan maskulinitas di Indonesia.
Maskulinitas adalah konsep mengenai bagaimana lelaki seharusnya menjadi lelaki dalam kehidupan sosial. Film ini menunjukan bahwa pemerkosaan adalah hasil dari hegemoni maskulinitas yang menganggap bahwa lelaki harus menjadi pihak dominan yang mampu mengontrol perempuan.
Penelitian ini menggunakan Paradigma Konstruktivis, Pendekatan Kualitatif, Metode Analisis Semiotika Model Roland Barthes yang membantu menganalisis makna denotatif, konotatif yang kemudian berkembang menjadi mitos, dan bersifat deskriptif. Subjek Penelitian adalah Film 27 Steps of May, dan Objek Penelitian adalah potongan rangkaian gambar (scene).
Hasil penelitan yang peneliti dapatkan yaitu dalam film 27 steps of may didapatkan hasil bahwa representasi maskulinitas, pemerkosaan merupakan hasil konstruksi maskulinitas, lelaki menyembuhkan korban, dan tuntutan laki-laki selalu melindungi perempuan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan film 27 Steps of May menunjukan bagaimana realitas konstruksi maskulinitas adalah manifestasi dari konstruksi maskulinitas yang meliputi power dan control.